Pangkalpinang, 11 Januari 2016
Alhamdulillah hari ini kita telah memasuki hari ke-11 di tahun 2016. Dan tidak ada salahnya kalau sebelum kita lebih jauh melangkah di tahun 2016 ini, kita mereview kembali apa yang telah dilakukan sepanjang tahun 2015 yang lalu, dan juga membuat resolusi untuk tahun 2016 ini. Belum terlambat kan? Hehehe anggap saja belum ya (dasar tukang telat).
REVIEW 2015
2015 bagi saya merupakan tahun yang penuh anugerah, tahun dimana saya belajar banyak hal, belajar menemukan diri saya yang apa adanya, belajar menggapai hal-hal yang seharusnya itu di luar dari kemampuan saya, dan terpenting adalah belajar tentang penerimaan. Di awal tahun 2015 kemarin, saya membuat resolusi untuk kehidupan saya di sepanjang tahun 2015, dengan satu kata yang bisa mewakilinya yaitu BERSINAR. Lantas apakah saya betul-betul BERSINAR di tahun 2015? Mari saya jabarkan satu persatu apa yang telah terjadi di kehidupan saya di tahun 2015 yang lalu.
PENDIDIKAN
Alhamdulillah akhirnya tahun ini gelar mahasiswa resmi saya tanggalkan. Setelah berjuang secara tidak wajar menyelesaikan studi ini hahaha, akhirnya saya resmi tercatat sebagai Apoteker di Indonesia pada tanggal 22 September 2015, setelah mengucapkan lafal sumpah, menandatangani Surat Sumpah, dan mendapatkan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) serta Sertifikat Kompetensi. Namun sebelum tanggal 22 September itu terjadi, banyak sekali pahit manisnya kehidupan PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) a.k.a Internship dan juga persiapan ujian komprehensif dan UKAI yang patut untuk dikenang.
PKPA adalah salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi saya sebagai mahasiswa program profesi Apoteker. Di kampus saya, Universitas Andalas, saya harus melalui tiga tahap PKPA untuk bisa mengikuti ujian komprehensif, yaitu PKPA di Rumah Sakit, Industri Farmasi, dan Apotek. PKPA Rumah Sakit saya ikuti di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi selama 12 minggu (3 bulan). Karena saya tidak terlalu tertarik farmasi klinis, maka dari itu saya memilih untuk PKPA di RSSN ini. PKPA di RSSN terkenal dengan santainya, karena kita punya banyak waktu untuk istirahat disini. PKPA dilaksanakan dari hari senin-jumat pukul 08.00 – 16.00 WIB. Namun di siang hari kita bisa izin untuk makan siang dan (tidur siang) jika tidak ketahuan. Di hari-hari pertama PKPA sih saya berusaha untuk menjadi anak baik-baik, masuk tepat waktu, izin makan siang sesuai dengan waktu yang ditentukan, pulang juga tepat waktu, dan berpraktek dengan sungguh-sungguh. Kebetulan tempat praktek pertama saya adalah Instalasi Farmasi (Apotek Rawat Inap, Apotek Rawat Jalan, Gudang Farmasi, Produksi, dan Sterilisasi). Disini saya bertemu dengan Bapak Ibu Apoteker dan Asisten Apoteker dengan berbagai karakter, namun mereka semua baik-baik, mungkin karena waktu itu reputasi saya masih sebagai anak baik-baik hahaha. Praktek di Instalasi pun saya jalani selama 3 minggu, dan kemudian saya pindah ke tempat praktek kedua di Bangsal Anak, ketiga di Bangsal Interne, dan terakhir di Bangsal Neuro. Di setiap bangsal saya mendapatkan pengalaman yang berbeda-beda, dan juga menemui pasien, dokter, dan perawat dengan karakter yang berbeda-beda pula. Seperti misalnya di Bangsal Anak, saya bertemu dengan dr. Yelli, SpA yang duuuuuh tegasnya minta ampun. Saya harus belajar kotar-katir karena takut ditanyain di depan pasien, kan malu kalau gak tau jawabannya. Selain itu saya juga harus bangun lebih pagi karena bu Yelli gak tau kapan jadwal visitenya yang pasti, bisa jadi jam 7 pagi ataupun jam 11 siang, jadi walhasil saya betul-betul berusaha untuk jadi anak baik-baik selama PKPA di RSSN ini, yah walaupun di minggu-minggu terakhir saya sering istirahat siang kebangetan (izin jam 11 balik ke RS jam 2 hehehe, kadang baru balik lagi jam 3 buahaha), tapi saya betul-betul menikmati setiap detik PKPA di RSSN ini. Saya menikmati pembelajarannya, kebersamaan dengan teman-teman PKPA yang unik-unik, interaksi dengan Bapak Ibu Apoteker, Asisten Apoteker, Dokter, Perawat, dan Pasien yang ada di RSSN ini, serta menikmati Kota Bukittinggi yang dinginnya kebangetan. Hal yang paling membuat saya lega ketika saya selesai PKPA di RSSN ini adalah kenangan yang saya tinggalkan. Alhamdulillah sampai detik ini ketika saya bertanya dengan teman-teman saya yang PKPA disana, saya selalu mendapatkan jawaban yang baik dari mereka “Jef, kamu selalu ditanyain dan diceritain sama Ibu-ibu disini.” Duuuh senengnya ketika saya bisa meninggalkan sesuatu yang baik untuk orang di sekitar saya. Bahkan sampai sekarang saya masih kontak-kontakan dengan kakak-kakak Asisten Apoteker yang ada di RSSN. Selain itu, sebelum saya menyelesaikan PKPA di RSSN, saya dan juga teman-teman PKPA mengadakan homestay, dimana kami bersenang-senang sambil mengenal lebih dekat satu sama lain disana, dan homestay ini juga diikuti oleh Pembimbing kami, Bapak Khairil Armal, Apt, Sp.FRS. Ini merupakan homestay pertama yang diadakan oleh anak-anak PKPA di RSSN, dan saya senang sekali bisa menjadi organizer nya dan melihat antusias teman-teman saya dan juga Pak Armal dalam mengikuti homestay ini. Ada banyak kegiatan yang kami lakukan selama 2 hari di tempat homestay kami di daerah Harau Payakumbuh, dari mulai PKPA RSSN Award, nonton film bareng, refleksi PKPA, dan juga mandi bareng di Air Terjun Harau. Saya senang melihat teman-teman PKPA saya senang, dan semoga momen homestay itu menjadi momen yang tidak terlupakan untuk kami semua.
Setelah 12 minggu menyelesaikan PKPA di Rumah Sakit yang ditutup dengan Case Report Study terkahir, saya melanjutkan pembelajaran ke fase PKPA selanjutnya, Industri Farmasi. Beruntungnya, saya mendapatkan industri farmasi asing sebagai tempat PKPA saya, ini semua berkat bantuan dari salah seorang teman saya yang bekerja disana, Nita, makasih banyak ya nit atas bantuannya. Industri farmasi tersebut adalah GSK (GlaxoSmithKline) Indonesia dibawah lisensi PT. Sterling Produk Indonesia. Pada 4 minggu pertama PKPA, saya ditempatkan di bagian Quality Assurance (QA) dimana saya mengerjakan Gap Analysis untuk Production and Packing Control di area produksi solid. Disini saya belajar bagaimana memastikan mutu suatu obat, dimulai dari bahan obat tersebut datang hingga obat tersebut jadi. Dan disinilah saya tau betul bahwa obat-obat yang dibuat di industri itu memang betul terjamin kualitasnya, khususnya dalam hal ini saya melihat obat-obat yang dibuat di GSK. Setelah itu di empat minggu selanjutnya saya ditempatkan di bagian Produksi Steril, mengerjakan apa yang dapat saya kerjakan disana hehehe, misalnya review SOP (Standar Operasional Prosedur), belajar lagi tentang GMP (Good Manufacturing Practice), dan banyak hal lainnya. Selama PKPA di Industri, saya merasa sangat bangga sekali sebagai seorang Apoteker, melihat profesi Apoteker itu lebih dihargai oleh profesi lainnya, melihat integritas dan loyalitas kerja, dan masa depan yang cerah tentunya hahaha. Dari awal masuk kuliah Apoteker mimpi saya adalah bekerja di industri farmasi asing, makanya saya mati-matian berjuang untuk bisa PKPA di GSK ini, dan Alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan itu dan selesai PKPA dengan hasil yang baik.
Terakhir adalah fase Apotek, dimana saya menjalani PKPA selama 4 minggu di Apotek Bio Farma Padang, dengan Apoteker Penanggungjawab Apotek Ibu Najmiatul Fitria, M.Farm, Apt yang juga merupakan dosen saya di FF Unand. Pada fase PKPA Apotek ini saya belajar bagaimana mengelola sebuah Apotek, dari mulai pendirian Apotek hingga pengelolaannya sehari-hari, termasuk di dalamnya adalah pengadaan obat, penyimpanan, dan pemberiannya kepada pasien. Obat memang benda yang kecil, namun benda kecil tersebut dapat mencabut nyawa seseorang apabila salah dalam penggunaannya, maka dari itu profesi apoteker ini ada.
Setelah selesai melaksanakan PKPA, hari-hari yang kurang santai pun tiba. Hari-hari dimana setiap jam itu menjadi penting, setiap langkah kaki itu adalah usaha, dan setiap ucapan yang keluar itu adalah doa. Hari-hari dimana setiap orang sibuk menulis lembar demi lembar logbooknya, mengetik halaman demi halaman laporan dan tugas-tugas khususnya, dan diskusi dengan dosen pembimbing demi secercah ilmu dan sebuah tanda tangan di setiap halaman pertama laporannya. Hari-hari tersebut adalah hari-hari yang sangat tidak santai dan kurang bersahabat, karena hari-hari itulah hari-hari perjuangan demi sebuah gelar yang telah lama ditunggu, Apt (Apoteker). Saya yang orangnya santai, tetap menjadi santai, hingga akhirnya saya menyadari bahwa ujian kompre tinggal dua minggu lagi. Distulah saya berusaha mengerjakan semua tugas-tugas saya hingga akhirnya selesai di malam terakhir menjelang kompre. Dan spesialnya kompre apoteker ini adalah, kita tidak mengetahui siapa yang akan menjadi penguji kita, pastinya akan ada 5 orang penguji dari 5 bidang ilmu, 1 orang bertindak sebagai Ketua Sidang, 1 orang dari bidang Farmasi Klinis (Rumah Sakit), 1 orang bidang Farmasi Industri, 1 orang dari bidang Farmasi Komunitas (Apotek), dan 1 orang dari bidang Sains Farmasi. Penguji-penguji tersebut tidak hanya dosen di FF Unand saja, melainkan juga praktisi-praktisi yang telah bertugas sebagai Apoteker di Rumah Sakit, Industri Farmasi, Apotek, dan bahkan Pemerintahan (BPOM). Siapa penguji yang akan kita temui di Ruang Sidang kita semuanya tergantung kebaikan yang telah kita lakukan selama hidup hehehe. Dan taraaaaaaaa, Alhamdulillah saya mendapatkan penguji yang luar biasa baik-baiknya, dan semuanya adalah dosen-dosen yang pernah mengajar saya. Ada Bapak Prof. Dr. Adek Zamrud, Apt selaku Ketua Sidang, Ibu Dr. Roslinda Rasyid, Apt dari Sains Farmasi, Ibu Nova Syafni, MSi, Apt dari bidang Komunitas, Ibu Deni Noviza, MSi, Apt dari bidang Industri Farmasi, dan Ibu Dian Ayu Juwita, MSi, Apt dari bidang Farmasi Klinis. Alhamdulillah walaupun cukup banyak pertanyaan yang tidak bisa saya jawab, terkhusus pertanyaan-pertanyaan Sains Farmasi dan Farmasi Klinis, hingga Prof. Adek bilang ke saya kalau saya sangat cocok kerja sebagai Marketing di Industri Farmasi hahaha, tepat di tanggal 6 Agustus 2015 pada saat Yudisium Apoteker Angkatan III tahun 2015 FF Unand, saya dinyatakan LULUS, Alhamdulillahirabbilalamin.
Dan pada tanggal 29 Agustus 2015 saya diwisuda sebagai seorang Unregister Pharmacist hehehe, karena belum mengikuti UKAI dan juga belum diambil sumpahnya. Lantas apa yang spesial dari wisuda saya kali ini?
Memang, wisuda kali ini tidak banyak karangan bunga untuk saya, hanya ada satu karangan bunga dari sahabat-sahabat terbaik saya selama kuliah di FF Unand (terimakasih Al, Zel, Sri, Iyin, Sopa), saya juga mendapatkan banyak bunga dan kado dari teman-teman dekat dan juga adik-adik tingkat saya, ada yang memberikan dasi, buku, hingga cinderamata. Namun yang paling spesial di wisuda kali ini adalah predikat kelulusan saya. Alhamdulillah saya lulus program profesi Apoteker dengan predikat DENGAN PUJIAN, dan menjadi satu-satunya laki-laki yang mengenakan selempang Dengan Pujian di hari wisuda itu. Hanya ada 8 dari 72 orang wisudawan/ti program profesi Apoteker Universitas Andalas yang lulus dengan predikat Dengan Pujian, dan betapa beruntungnya saya menjadi salah satu dari delapan orang tersebut. Ini adalah salah satu pencapaian akademik terbaik saya selama kuliah, dimana ini diluar dugaan saya, diluar batas kemampuan saya, percayalah kalau itu saya dapatkan bukan semata-mata karena saya pintar, tetapi juga karena ada faktor keberuntungan di dalamnya, karena prinsip saya adalah apa yang saya dapatkan hari ini merupakan akumulasi perbuatan baik saya selama hidup. Yeay!
SSEAYP
Salah satu hal yang paling mengesankan di kehidupan saya tahun 2015 kemarin adalah SSEAYP (Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program). SSEAYP adalah sebuah program kepemudaan yang diikuti oleh 330 peserta dari 11 negara Asia Tenggara dan Jepang dengan mengusung tema Friendship and Cross Cultural Understanding. SSEAYP telah berlangsung sejak tahun 1974 dan telah mengahasilkan banyak orang sukses di berbagai bidang. Tahun ini Alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk mengikuti 42nd SSEAYP, dan menjadi perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk menjadi IPY (Indonesia Participating Youth). Pada awalnya saya tidak merencanakan hal ini dalam kehidupan saya di tahun 2015. Setelah di tahun 2014 saya belum berhasil menjadi Kandidat Utama Bangka Belitung untuk 41st SSEAYP, saya tidak menjadikan SSEAYP sebagi target saya di tahun 2015, karena biasanya apabila tahun kemarin kandidat utama dari provinsinya laki-laki maka tahun ini kandidat utamanya adalah perempuan, selang seling setiap tahunnya. Namun ternyata seakan-akan konspirasi alam, tahun ini kandidat utama dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk 42nd SSEAYP adalah laki-laki (lagi), maka akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar kembali dengan meningkatkan kemampuan saya terutama dalam hal kesenian. Seakan-akan sudah ditakdirkan sebelumnya oleh Yang Maha Kuasa, Alhamdulillah tahun ini saya terpilih sebagai Kandidat Utama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk 42nd SSEAYP. Oiya, saya mengikuti seleksi SSEAYP ini di dua minggu terakhir PKPA di GSK, dan saya meminta izin selama 2 hari untuk tidak mengikuti PKPA. Setelah 1 minggu kemudian diumumkan kalau saya lolos sebagai Kandidat Utama 42nd SSEAYP, saya langsung meminta izin selama seminggu pertama untuk tidak PKPA di Apotek dengan keperluan balik ke Bangka untuk menyelesaikan semua persayaratan yang diminta oleh Kemenpora, seperti SKCK, Surat Bebas Narkoba, Medical Check-Up, dan syarat-syarat lainnya yang buaaaaanyak banget. Setelah semua persyaratan saya komplit, saya dan juga teman-teman kandidat utama untuk program PPAN lainnya utusan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (ada Fera dan Tyas untuk IChYEP dan juga Sapitra untuk IMYEP) megikuti PDT (Pre Departure Training) lokal yang diadakan secara online. Setiap minggu dari awal bulan Juni hingga pertengahan Agustus kami mendapatkan satu tugas per minggunya, dan itu harus diselesaikan dalam waktu kurang dari satu minggu per tugas. Ada yang tugasnya mempresentasikan esai, menari, medley lagu-lagu daerah, memasak, mempresentasikan permainan tradisional, membuat kerjainan tangan khas Bangka, dan tugas-tugas lainnya. Jadi semua tugas itu saya kerjakan di sela-sela waktu PKPA di Apotek dan juga mengerjakan tugas-tugas persiapan Ujian Komprehensif. What a hectic day, every day during June – August. I love it? No, but I try to love it hahaha. Tapi PDT Lokal ini memberikan arti penting bagi saya, karena dengan PDT lokal ini saya belajar untuk lebih mengenal permainan tradisional dari provinsi saya, belajar membuat video presentasi yang baik, dan belajar banyak hal lagi. Terimakasih kakak-kakak PCMI Bangka Belitung untuk PDT Lokalnya yang keren banget. Setelah disibukkan dengan PDT Lokal, saya kembali disibukkan dengan Training Online SII (SSEAYP International Indonesia) bersama 27 orang Kandidat Utama 42nd SSEAYP dari 27 provinsi lainnya. Selain itu, saya juga harus mempersiapkan barang-barang yang harus saya bawa untuk PDT Nasional dan program nanti, dari mulai cinderamata, pakaian adat, berbagai jenis sepatu, pakaian, hingga semprot kaki. Honestly, SSEAYP menyita waktu saya di tahun 2015 ini, terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk persiapan SSEAYP, bukan hanya waktu sih, tetapi juga pikiran, tenaga, dan uang. Memang untuk keluar negeri gratis ini butuh banyak perjuangan hahaha.
Oiya, SSEAYP bukan hanya tentang keluar negeri gratis, jalan-jalan, liburan, tetapi lebih dari itu. Di SSEAYP saya belajar untuk mencintai Indonesia, belajar menjadi Duta Bangsa, belajar untuk menerima kekurangan dan kelebihan saya, belajar mengenal dan memahami berbagai karakter orang di sekitar saya, belajar percaya diri untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris saya yang apa adanya, dan tentunya belajar mencintai dan menikmati apapun yang saya pilih untuk saya lakukan dalam hidup ini. Entah kenapa, saya menikmati sekali setiap detik yang saya lakukan di program. Walaupun di awal-awal PDT Nasional saya sangat tertekan, tidak punya teman, dihadapi dengan berbagai karakter orang yang sangat ambisius dan egois (secara mereka adalah orang-orang terbaik dari provinsinya), harus menjadi orang yang peduli dengan kesehatan orang lain (sebagai PiC Health and Welfare hahaha), dan waktu pelatihan yang gak santai abis (05.00 – 02.00 WIB, setiap hari). Namun di minggu terakhir PDT (PDT dilaksanakan selama 17 hari di SESKOAL Jakarta), saya mulai menikmatinya. Saya mulai menikmati ritmenya, percakapan dengan teman-teman lainnya, materi-materi yang diberikan, hingga akhirnya saya dan juga 26 orang Kandidat Utama dari masing-masing provinsi se-Indonesia ini dilantik menjadi IPY for 42nd SSEAYP, sedangkan 1 orang kandidat utama lainnya harus pulang ke provinsi asalnya karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan untuk mengikuti program.
Akhirnya, mimpi itu menjadi nyata. SSEAYP adalah mimpi saya semenjak pertama kali saya mengenalnya di tahun 2014. Dan Jepang adalah salah satu negara favorit yang masuk dalam list negara yang harus saya kunjungi sebelum mati. Dan pada tanggal 27 Oktober 2015, saya menginjakkan kaki saya di Negeri Matahari Terbit itu, lengkap dengan Attire A1 sebagai pakaian kebanggaan kami sebagai IPY. Selama 52 hari program saya jalani, menikmati setiap detik yang terjadi dalam kehidupan saya, belajar memahami perbedaan, menghargai orang lain, dan mencoba menjadi anak baik-baik, walaupun pada akhirnya gagal hahaha. SSEAYP change my life? No, but SSEAYP give me so many thing that I can’t receive it if I don’t join this program. Thank you for everything, SSEAYP.
PEKERJAAN
Setelah menyelesaikan studi tentu hal yang selanjutnya akan saya lakukan adalah bekerja. Namun, karena SSEAYP ada di depan mata setelah saya disumpah sebagai Apoteker, maka saya menunda untuk bekerja hingga saya selesai mengikuti SSEAYP. Tawaran pekerjaan datang kepada saya sebelum saya resmi disumpah sebagai seorang Apoteker, ada dari Industri Farmasi Asing selayaknya mimpi saya ingin bekerja disana, ada dari PBF (Pedagang Besar Farmasi) di Jakarta, dan juga dari Apotek Kimia Farma tempat saya bekerja sekarang. Pertanyaannya adalah, mengapa saya tidak menerima tawaran untuk bekerja di Industri Farmasi Asing tersebut? Jawabannya adalah karena permintaan orang tua saya untuk bekerja di Bangka, dekat dari rumah, dekat dari keluarga. Sejujurnya saya sedih ketika saya tidak diizinkan untuk bekerja di Industri Farmasi di Jakarta, karena itu adalah mimpi saya, cita-cita saya dari semenjak saya menginjakkan kaki di kelas Apoteker 1 tahun yang lalu, perjuangan yang saya lakukan untuk menggapai cita-cita itu bukan main, saya melaksanakan PKPA di Industri Farmasi Asing, belajar bahasa Inggris lagi, belajar membuat surat lamaran dan CV dengan baik dalam bahasa Inggris, dan SSEAYP salah satunya adalah cara saya untuk bisa menuju mimpi saya itu, karena biasanya Industri Farmasi Asing menyukai orang-orang yang memiliki pengalaman internasional sebelumnya. Tetapi dalam kehidupan saya, restu orang tua adalah yang utama. Ketika Ibu bilang, kerja saja dulu di Bangka, maka saya akan menurutinya, karena saya tidak berani menentang kata Ibu saya. Dan jadilah sekarang saya bekerja di Apotek Kimia Farma di daerah Sungailiat, Bangka. Alhamdulillah setiap hari saya bisa berkumpul dengan keluarga saya. Memang, keluarga itu bukanlah pilihan, tetapi itu adalah kewajiban karena keluarga adalah anugerah terbesar yang telah diberikan Allah swt untuk kita. Lantas cita-cita saya untuk bekerja di Industri Farmasi Asing bagaimana? Biarkan dia tetap hidup dalam diri saya, dan menunggu hingga harinya tiba ketika Ibu memberikan restu untuk bekerja disana.
ORGANISASI
Di akhir tahun 2014 saya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dalam IYHPS (Indonesia Young Health Professional Society), sebuah organisasi yang berisikan professional-profesional muda di bidang kesehatan, ada Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Perawat, Bidan, Ahli Gizi, dan Kesehatan Masyarakat. Pada bulan April 2014, saya bersama teman-teman IYHPS berkesempatan mengisi materi tentang praktek kolaborasi di pelatihan persiapan Nusantara Sehat Batch 1. Saya yang sedang PKPA di Jakarta saat itu diminta untuk bergabung menjadi tim fasilitator yang bertugas untuk memfasilitasi setiap kelompok untuk berdiskusi mengenai praktek kolaborasi, khususnya dalam penyelesaian masalah (case study) ketika mereka di tempatkan di suatu daerah terpencil dan bertugas sebagai tim kesehatan disana. Sebuah kesempatan berharga bagi saya bisa menjadi tim fasilitator di acara pelatihan persiapan Nusantara Sehat Batch 1 ini, yang merupakan sebuah program terobosan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk mengatasi permasalahan kesehatan di Indonesia, khususnya di daerah terpencil, tertinggal, dan terluar. Namun di tahun ini saya beberapa kali tidak berkesempatan hadir di acara IYHPS, seperti Mubes dan Summit yang diadakan di bulan Agustus dan Oktober 2015, maafkan saya jika kurang amanah kakak-kakak. Semoga di tahun 2016 ini saya bisa lebih aktif lagi dan berkontribusi untuk IYHPS.
Selain itu di tahun 2015 kemarin saya dan juga dua orang teman saya, Fajri dan Widya, membuat sebuah gerakan kepemudaan di daerah kami, namanya Gerakan Babel Mendunia, dengan produk utama adalah website babelmendunia.com. Tujuan kami bertiga mengusung gerakan ini adalah untuk memotivasi dan memberikan informasi kepada pemuda-pemuda Bangka Belitung untuk dapat menginjakkan kakinya di luar negeri, entah itu untuk melanjutkan studi, bekerja, ataupun mengikuti konferensi dan kegiatan kepemudaan lainnya. Gerakan Babel Mendunia ini resmi dilaunching pada tanggal 22 Agustus 2015 oleh Bapak Zuardi selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Pemuda Dispora Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain acara persemian, pada tanggal 22 Agustus tersebut juga diadakan acara Talkshow Beasiswa Internasional yang mengundang pemuda-pemudi Bangka Belitung yang telah mendapatkan pengalaman untuk belajar dan melanjutkan studi di luar negeri. Semoga Gerakan Babel Mendunia ini bisa terus eksis dan memberikan kontribusi positif untuk dunia kepemudaan Bangka Belitung kedepannya. Mohon doa dan dukungannya ya.
PENGHARGAAN
2015 termasuk salah satu tahun yang penuh anugerah bagi saya, salah satunya adalah penghargaan sebagai Wakil 1 Duta Bahasa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Saya mengikuti seleksi ini karena diajak oleh teman saya, dan sebenarnya tidak ada salahnya bagi saya untuk mencoba. Saya mencintai dunia bahasa dan kesusastraan Indonesia sejak kecil, mengikuti berbagai perlombaan sinopsis dari SD hingga SMP, melahap buku-buku sastra seperti Perawan di Saran Penyamun dan Salah Asuhan, mengikuti festival baca puisi dan berbalas pantun, dan mengoleksi buku-buku bahasa dan sastra yang jumlahnya sih memang belum banyak hehehe. Tapi saya betul-betul mencintai dunia bahasa dan sastra Indonesia, walaupun saya anak sains sekalipun. Alhamdulillah di pemilihan Duta Bahasa tersebut saya berhasil masuk ke final, mengikuti tes UKBI (Uji Kemahiran Bahasa Indonesia) dan mendapatka predikat I (Istimewa) hehe, mempresentasikan esai yang saya buat mengenai pentingnya belajar bahasa Indonesia sedari dini, dan juga mengikuti tahap wawancara dan sesi tanya jawab. Hasilnya sangat memusakan dan di luar ekspektasi saya, Wakil 1 Duta Bahasa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung resmi saya dapatkan pada tanggal 13 Agustus 2015 setelah menjawab pertanyaan akhir yang tidak akan pernah saya lupakan “Setujukah Anda apabila Pemilihan Duta Bahasa ini merupakan ajang eksistensi semata?”, dan dengan tegasnya saya menjawab, “Tidak, karena bagi saya pemilihan Duta Bahasa adalah pemilihan Duta, dan menjadi seorang Duta Bahasa merupakan sebuah amanah, dan amanah harus dipertanggungjawabkan tidak hanya di dunia saja, tetapi juga di akhirat nanti”, jawaban yang sangat religius dan mengundang tepuk tangan dari penonton. Kalian belum tau betapa bejatnya saya? Hahaha.
TRAVELING
Tahun 2015 kemarin adalah kesempatan yang luar biasa bagi saya untuk berpetualangan menjelajahi indahnya dunia ini. Saya traveling ke 5 negara dan 7 provinsi yang ada di Indonesia.
Januari: Balik ke kampung Ibu di Batangtoru untuk menghadiri acara pernikahan kakak sepupu saya, kak Novalita Syarma Pane, salah satu sepupu seperjuangan selama studi di Padang.
Februari: Eksplore Bukittinggi dan sekitarnya, selagi masih PKPA di RSSN.
Maret: Eksplore Payakumbuh dan Homestay di daerah Harau bareng temen-temen PKPA.
April: Balik ke Bangka, kemudian melanjutkan PKPA di Jakarta. Eksplore Jakarta.
Mei: Ciwidey dan Bandung bareng temen-temen PKPA di GSK (Ersa, Yuda, Hengki, Yasinta, dan Nidya). Goes to Anyer bareng Vicky. Di akhir bulan balik lagi ke Bangka.
Juni: Menemani Tulang Udin berobat ke Melaka, Malaysia. Lanjut PKPA di Padang.
Juli: Home Sweet Home, Bangka again.
Agustus: Ujian Komprhensif di Padang, lanjut makan lenggang bakar di Jambi, dan makan pempek ke Palembang.
September: Bolak Balik Padang – Bangka. Sebelum meninggalkan Kota Padang untuk selamanya, liburan dulu ke Pulau Cubadak bareng Arif, Deni, dan Said.
Oktober: It’s time to SSEAYP. PDT di Jakarta, terbang ke Tokyo dan Nagasaki untuk Japan Country Program.
November: Tokyo for Youth Leader Summit, berlayar dengan Kapal Nippon Maru membelah Lautan ke Manila (Philippine), Ho Chi Minh City (Vietnam), dan Yangoon (Myanmar).
Desember: masih berlayar dengan Kapal Nippon Maru ke Kota Kinabalu (Malaysia) dan kembali ke Tokyo (Jepang). Setelah itu mengikuti re-entry program di Jakarta. Dan terakhir balik ke Bangka.
Alhamdulillah target-terget yang saya susun di awal tahun 2015 tercapai dengan baik, walaupun masih ada beberapa target yang harus digaris bawahi karena belum tercapai, diantaranya adalah tentang kedekatan saya dengan Allah swt melalui proses ibadah, ini memang saya rasakan masih kurang, shalat wajib saya beberapa kali bolong, ngaji pun belum konsisten, apalagi untuk menghapal juz’ama. Tetapi sisi positifnya, selama program SSEAYP saya berusaha untuk menjadi agen muslim yang baik, memberikan pemahaman kepada teman-teman saya yang berbeda agama bahwa muslim itu tidak sestrict yang mereka bayangkan, tetap bertahan pada prinsip bahwa Babi itu haram dan Alkohol itu tidak diperbolehkan.
Selain itu, target berat badan ideal juga sirna di telan tahun 2015, boro-boro mau turun hingga jadi 80 kg, mempertahankan berat badan untuk tidak lebih dari 90 kg aja udah ketar-ketir hahaha. Duuuuh, semoga di tahun 2016 berat badan ideal itu bukan hanya omong kosong belaka, semoga benar-benar jadi kenyataan Ya Allah, lelah saya dikatain orang gendut -____-“.
Ada lagi target yang belum kecapai di tahun 2015? Ada, nilai TOEFL dan konsistensi dalam membangun blog yang berkualitas. Nilai TOEFL saya masih jauh dari ambang batas normal nih, makanya sampai sekarang saya masih berusaha untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris saya, semoga di tahun 2016 ini nilai TOEFL saya menginjakkan kakinya di angka 500, Amin. Untuk hal bloging, saya memang belum bisa menjadi bloger yang baik di tahun 2015 yang lalu, entah kenapa target untuk memposting tulisan setiap bulan seakan sirna ditelan kesibukan saya sebagai mahasiswa PKPA dan persiapan SSEAYP yang menyita waktu saya. Saya janji, tahun ini saya akan menjadi bloger yang baik. Tolong ingatkan kalau saya nakal lagi ya saudara-saudara pembaca.
Begitulah kehidupan saya di tahun 2015 yang lalu. Keren? Enggak dong, tapi BERSINAR, karena di tahun ini saya bisa mencoret kembali satu persatu mimpi yang telah saya tuliskan bertahun-tahun lalu, bisa mencapai hal-hal yang saya rasa itu di luar batas kemampuan saya, bisa mengunjungi 4 negara baru dalam hidup saya, dan belajar banyak hal dari alam dan lingkungan sekitar saya, khususnya dari para penghuninya, manusia. Terimakasih untuk orang-orang yang telah MENYINARI kehidupan saya di tahun 2015 yang lalu, untuk mereka yang selalu ada di hati saya atas kebaikannya, mereka yang telah mengajarkan saya artinya penting berbuat baik kepada orang lain, mereka yang selalu menebar kebaikan dimanapun mereka berada, mereka yang selalu menjadi diri mereka yang apa adanya, dan mereka yang selalu membuat saya menjadi tau bahwa hidup itu harus dinikmati dan salah satu cara menikmatinya adalah dengan memberikan yang terbaik bukan hanya untuk hidup di dunia saja, tetapi untuk tabungan hidup di akhirat nanti. Terimakasih, dan semoga di tahun 2016 ini kita bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi.
RESOLUSI 2016
MENJADI HAMBA ALLAH YANG LEBIH BAIK LAGI
KERJA DI INDUSTRI
JALAN-JALAN KE TEMPAT BARU LAGI
PUNYA BARANG BARU LAGI, HASIL KERINGAT SENDIRI.
Sekian resolusi saya untuk tahun 2016 ini. Yakin bisa kecapai semuanya? Tidak, tetapi saya yakin bahwa saya mau berusaha untuk mencapai resolusi-resolusi tersebut, satu persatu, tahap demi tahap. Jadi nanti ketika review akhir tahun, saya dengan bahagia melihat satu persatu resolusi saya tercapai. Amin…
Mungkin? “Nothing is impossible, because the word itself said I’M POSSIBLE” – Audrey Hepburn.
Mohon doanya ya. Bismillahirrahmanirrahim.
@jephefrand